Senin, 19 Desember 2011

ALAT MUSIK DAERAH BANTEN angklung




Pengertian Angklung
Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Tanah Sunda, terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalah salendro dan pelog. Musik Angklung = Musik Natural
Angklung adalah musik yang harus ditampilkan secara natural. Angklung memiliki karakteristik suara seperti angin. Keindahan suara angklung hanya dapat dinikmati apabila angklung dimainkan secara bersama-sama karena satu angklung hanya dapat memainkan satu nada sehingga butuh banyak angklung untuk dapat memainkan suatu repertoir. Angklung harus dimainkan secara bersama-sama maka musik angklung bisa dianggap sebagai sumber suara bidang yang unik. Angklung dikatakan unik karena suara nada bisa dimainkan pada tempat yang berbeda pada barisan. Suara angklung yang dihasilkan haruslah tercampur dengan baik sehingga penonton sulit membedakan posisi sebenarnya dari nada yang dimainkan. Suara angklung yang seperti ini yang tidak dimiliki instrumen lain terutama instrumen barat.
Menurut seniman angklung, suara angklung yang bagus adalah yang bersuara angklung dan bukan bersuara bambu. Suara bambu adalah suara angklung apabila suara bambu yang bertabrakan terdengar dominan. Hal ini terjadi apabila angklung didengar pada suara yang sangat dekat. Suara angklung yang baik adalah apabila digetarkan terdengar seperti desiran angin. Dan suara ini timbul dari proses yang kompleks. Masalah yang sering timbul pada saat pengambilan suara dengan mikrofon adalah suara bambu yang dominan. Suara angklung yang terbaik adalah suara natural dan suara natural akan terdengar dengan baik pada ruangan dengan akustik yang baik.


Angklung terbuat dari bambu, dan dimainkan dengan cara digoyangkan. Satu angklung bisa menghasilkan 2 sampai 3 nada untuk setiap ukuran angklung.
Angklung lahir dari sebuah mitos di masyarakat Sunda terhadap Nji Sri Pohaci sebagai Dewi Sri penghidupan. Dalam perenungan masyarakat Sunda dalam mengelola pertanian, menghasilkan syair-syair pemujaan dan penghormatan terhadap Dewi Sri.

Pada perkembangannya angklung juga digunakan sebagai alat penggugah semangat dalam pertempuran. Sehingga dalam situs Wikipedia menyebutkan bahwa angklung pernah dilarang pada masa penjajahan, hal tersebut menyebabkan popularitas angklung menurun pada saat itu, dan angklung hanya sering dimainkan oleh anak-anak.













ANGKLUNG DOGDOG LOJOR



Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar Gunung Halimun (berbatasan dengan Jakarta, Bogor, dan Lebak). Meski kesenian ini dinamakan dogdog lojor, yaitu nama salah satu instrumen di dalamnya, tetapi di sana juga digunakan angklung karena kaitannya dengan acara ritual padi. Setahun sekali, setelah panen seluruh masyarakat mengadakan acara Serah Taun atau Seren Taun di pusat kampung adat. Pusat kampung adat sebagai tempat kediaman kokolot (sesepuh) tempatnya selalu berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib.
Tradisi penghormatan padi pada masyarakat ini masih dilaksanakan karena mereka termasuk masyarakat yang masih memegang teguh adat lama. Secara tradisi mereka mengaku sebagai keturunan para pejabat dan prajurit keraton Pajajaran dalam baresan Pangawinan (prajurit bertombak). Masyarakat Kasepuhan ini telah menganut agama Islam dan agak terbuka akan pengaruh modernisasi, serta hal-hal hiburan kesenangan duniawi bisa dinikmatinya. Sikap ini berpengaruh pula dalam dalam hal fungsi kesenian yang sejak sekitar tahun 1970-an, dogdog lojor telah mengalami perkembangan, yaitu digunakan untuk memeriahkan khitanan anak, perkawinan, dan acara kemeriahan lainnya. Instrumen yang digunakan dalam kesenian dogdog lojor adalah 2 buah dogdog lojor dan 4 buah angklung besar. Keempat buah angklung ini mempunyai nama, yang terbesar dinamakan gonggong, kemudian panembal, kingking, dan inclok. Tiap instrumen dimainkan oleh seorang, sehingga semuanya berjumlah enam orang.
Lagu-lagu dogdog lojor di antaranya Bale Agung, Samping Hideung, Oleng-oleng Papanganten, Si Tunggul Kawung, Adulilang, dan Adu-aduan. Lagu-lagu ini berupa vokal dengan ritmis dogdog dan angklung cenderung tetap.



Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.










ANGKLUNG BUHUN

angklung buhun
Angklung buhun ini adalah alat musik tradisional masyarakat Baduy di Banten.
Angklung buhun adalah alat musik tradisional khas Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Dinamakan buhun karena kesenian ini lahir bersamaan dengan hadirnya masyarakat Baduy.
Buhun berarti tua, kuno (baheula ). Jadi, maksudnya angklung buhun adalah angklung tua yang menjadi kesenian pusaka masyarakat Baduy.
Kesenian ini dianggap memiliki nilai magis (kekuaan gaib) dan sakral.
Selain itu kesenian ini juga punya arti penting sebagai penyambung amanat untuk mempertahankan generasi masyarakat Baduy.
Saat ini kelompok pemain kesenian angklung buhun sangat jarang ditemui atau dipentaskan.
Biasanya kesenian ini sekarang hanya dijumpai pada acara-acara ritual, seperti acara adat Seren Taun di Cisungsang dan Seba di masyarakat Baduy, Kabupaten Lebak.
Kesenian Buhun memiliki karakter kesenian yang sederhana baik dalam lirik atau lagunya. Biasanya menggambarkan alam sekitar sehingga menciptakan suasana yang nyaman, damai, dan harmonis.
Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.


Cara Memainkan Angklung
Seperti pada umumnya, angklung dimainkan dengan cara digetarkan. Untuk menghasilkan bunyi yang baik, maka ada beberapa teknik yang dapat diterapkan sebagai berikut.


Cara Memegang Angklung
Angklung dapat dipegang dengan cara sebagai berikut (ini berlaku untuk yang normal, jika kidal maka diperlakukan sebaliknya):
  • Tangan kiri bertugas memegang angklung dan tangan kanan bertugas menggetarkan angklung.
  • Tangan kiri dapat memegang angklung dengan cara memegang simpul pertemuan dua tiang angklung vertikal dan horisontal (yang berada di tengah), sehingga angklung dipegang tepat di tengah-tengah. Hal ini dapat dilakukan baik dengan genggaman tangan dengan telapak tangan mengahdap ke atas atau pun ke bawah.
  • Posisi angklung yang dipegang sebaiknya tegak, sejajar dengan tubuh, dengan jarak angklung dari tubuh cukup jauh (siku tangan kiri hampir lurus), agar angklung dapat digetarkan dengan baik dan maksimal.
  • Tangan kanan selanjutnya memegang ujung tabung dasar angklung (horisontal) dan siap menggetarkan angklung.


Cara Memegang Lebih dari Satu Angklung

Untuk pemain yang memegang lebih dari satu angklung, dapat dilakukan cara memegang angklung sebagai berikut:

Angklung yang ukurannya lebih besar dipegang tangan kiri pada posisi yang lebih dekat ke tubuh, baik dengan cara dimasukkan ke dalam lengan (jika angklung melodi besar atau yang masuk ke dalam lengan pemain) di posisi lengan bawah, atau dimasukkan ke dalam jari tangan kiri sehingga angklung sisanya dapat dipegang juga oleh jari tangan kiri lainnya dan masing-masing angklung dapat dimainkan dengan sempurna dan baik.


Cara Membunyikan Angklung
  • Angklung digetarkan oleh tangan kanan, dengan getaran ke kiri dan ke kanan, dengan posisi angklung tetap tegak (horisontal), tidak miring agar suara angklung angklung rata dan nyaring.
  • Sewaktu angklung digetarkan, sebaiknya dilakukan dengan frekuensi getaran yang cukup sering, sehingga suara angklung lebih halus dan rata.
  • Meskipun memainkan angklung bisa sambil duduk, tetapi disarankan pemain memainkan angklung sambil berdiri agar hasil permainan lebih baik.
  • Disarankan juga pada saat memulai latihan, dapat dimulai dengan latihan pemanasan, yaitu membunyikan angklung bersama-sama dengan melatih nada-nada pendek dan panjang secara bersama selama tiga sampai lima menit setiap latihan.








Next Prev home

0 komentar:

Posting Komentar

tutorial blogpengobatan tradisional