Megalit berasal dari kata dalam bahasa Yunani μέγας megas berarti besar, dan λίθος lithos berarti batu. Kebudayaan Megalitikum bukanlah suatu zaman yang berkembang tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolitikum dan berkembang pesat pada zaman logam. Setiap bangunan yang diciptakan oleh masyarakat tentu memiliki fungsi.
Contohnya hasil kebudayaan zaman megalitikum misalnya kapak persegi, kapak lonjong, Menhir , Dolmen, Kubur batu, Waruga, Sarkofagus dan Punden Berundak. Namun selain contoh hasil kebudayaan besar zaman megalitikum di atas, terdapat juga kebudayaan zaman megalitikum yang lain pula seperti batu bundar dan batu balok .
Batu Bundar
Seperti namanya batu ini berbentuk bundar pipih ( membentuk lingkaran ) benda ini teksturnya belum rata atau masih kasar. Benda ini di temukan di kabupaten purbalingga kecamatan karanganyar tepatnya desa ponjen oleh para peneliti dari UGM ( Universitas Gajah Mada). Menurut penelitian batu tersebut biasa digunakan oleh manusia pada jaman itu untuk berburu binatang liar yang berukuran kecil.
Dan jika dilihat dari keadaan batu tersebut yang masih kasar atau belum halus dan hanya di pahat dengan peralatan yang sangat sederhana, batu tersebut digunakan oleh para manusia megalitikum yang masih sangat primitif yang hanya baru mampu membuat peralatan dari bahan batu. Dan teksturnya pun masih sangat kasar.
Batu Balok
Sama seperti Batu bundar, Batu ini juga di temukan oleh para peneliti dari UGM ( Universitas Gajah Mada) di kabupaten purbalingga kecamatan karanganyar tepatnya desa ponjen. Batu ini berbentuk kubus memanjang atau bentuk balok. Tidak seperti batu bundar, Tekstur dari batu ini lebih halus dan rata.
Namun hal tersebut masih kurang meyakinkan apakah memang manusia pada jaman tersebut sudah bisa membuat batu dengan bentuk seperti itu dan dengan tekstur seperti itu atau apakah karena umur dari batu tersebut yang memang sudah sangat lama. Kemudian fungsi dari batu tersebut masih belum di ketahui. Tetapi jika di lihat dari bentuknya yaitu berbentuk balok sepertinya batu tersebut biasa digunakan oleh manusia pada jaman dulu untuk mengasah batu yang lain sehingga teksturnya bisa menjadi halus.
Di Indonesia, beberapa etnik juga masih memiliki unsur-unsur megalitik yang dipertahankan hingga sekarang.
Pasemah
Pasemah merupakan wilayah dari Propinsi Sumatera Selatan, berada di kaki Gunung Dempo. Tinggalan-tinggalan megalitik di wilayah ini tersebar sebanyak 19 situs, berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Budi Wiyana (1996), dari Balai Arkeologi Palembang. Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang begitu unik, patung-patung dipahat dengan begitu dinamis dan monumental, yang mencirikan kebebasan sang seniman dalam memahat sehingga tinggalan [megalitik pasemah], disebut oleh ahli arkeologi sebagai Budaya Megalitik Pasemah.
Nias
Rangkaian kegiatan mendirikan batu besar (dolmen) untuk memperingati kematian seorang penting di Nias (awal abad ke-20) . Etnik Nias masih menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kehidupannya. Lompat batu dan kubur batu masih memperlihatkan elemen-elemen megalitik. Demikian pula ditemukan batu besar sebagai tempat untuk memecahkan perselisihan.
Sumba
Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih kental menerapkan beberapa elemen megalitik dalam kegiatan sehari-hari. Kubur batu masih ditemukan di sejumlah perkampungan. Meja batu juga dipakai sebagai tempat pertemuan adat.
Stonehenge
Stonehenge merupakan sebuah monumen batu peninggalan manusia purba pada zaman Megalitikum yang terletak di Salisbury Plain, Propinsi Wilshire, Inggris. Stonehenge sendiri terdiri dari tiga puluh batu tegak (sarsens) dengan ukuran yang sangat besar (masing-masing batu pada mulanya seragam tingginya,yaitu 10 meter dengan masing-masing batu mempunyai berat 26 ton),semua batu tegak tsb disusun dengan bentuk tegak melingkar.
0 komentar:
Posting Komentar