Selasa, 03 Januari 2012

contoh cerpen berjudul : RAZIA HandPhone di sekolah


      Suasana di kelas IX C tampaknya sangat ramai. Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia. Aku dan teman sebangku ku, Eka, sedang memperhatikan pelajaran yang disampaikan oleh Pak Muntasir. Tiba-tiba datang seorang guru masuk ke kelas dan berbicara sesuatu kepada Pak Muntasir. Guru itu adalah Bu Iin. Aku dan teman-teman terkejut karena Bu Iin akan merazia yang membawa Hp. Semua murid disuruh maju dan diperiksa oleh Bu Iin.
     Aku dan teman-teman masih di depan papan tulis, sedangkan Bu Iin dan Pak Muntasir memeriksa tas masing-masing siswa. Ada satu Hp yang ditemukan oleh Bu Iin, Hp itu milik Dhika. Razia pertama hanya Hp Dhika yang kena. Aku dan teman-teman menyoraki Dhika, karena nggak biasanya Dhika membawa Hp.
     Pelajaranpun dilanjutkan. Saat pelajaran, masuk dua orang guru ke kelas, yaitu Bu Ratni dan Bu Rokhwati. Mereka akan merazia ulang. Tas masing-masing siswa di geledah dan ditemukan satu Hp milik Rahmat. Beberapa anak ditunjuk untuk ikut menggeledah tas. Famila yang menggeledah tas punya Tya menemukan sabuk yang bukan dari SMP N 3 Ajibarang. Famila bilang kepada Bu Ratni dan akhirnya sabuknya disita. Eka yang juga memakai sabuk itu di laporkan ke Bu Ratni oleh Afita.
      Afita, Halimah, Famila melaporkan kepada wali kelas IX C, Bu Rokhwati, yang sekaligus guru BK, siswa yang membawa Hp diantaranya : Rini, Eka, Setiana, dan Tya. Tya yang saat itu ada di UKS tidak tau bahwa ada razia Hp. Bu Rokhwati menemui Tya d UKS. Tya langsung terkejut, akhirnya Hp Tya juga disita.
        Kami semua kecewa kepada Afita, Halimah, Famila karena mereka nggak bisa di ajak kompromi. Mereka malah menusuk dari belakang. Aku pun ikut marah kepada mereka bertiga. Saat aku dan teman-teman ku marah dan nggak mau berteman dengan mereka, mereka malah melaporkan ke Bu Rokhwati kalau aku dan teman-teman semua memusuhi mereka. Kamipun masuk ruang BK gara-gara masalah itu. Bukannya kami jadi mau berteman dengan mereka, malah kami jadi tambah marah dan benci kepada mereka.
        Setelah beberapa minggu, mereka bertiga meminta maaf kepada kami, dan kami pun memaafkannya. Walaupun masih ada rasa kecewa, tapi kalau nggak dimaafkan, sampai kapan kita bermusuhan dengan mereka. Sekarang semuanya kembali seperti dulu lagi, kami menjadi kompak dalam bidang apapun. Semoga saja mereka nggak akan melakukan hal-hal yang sama lagi. Sahabat tetaplah sahabat !!!
Next Prev home

0 komentar:

Posting Komentar

tutorial blogpengobatan tradisional