Chrisye dilahirkan dengan nama Christian Rahardi di Jakarta pada tanggal 16 September 1949 di keluarga Laurens Rahadi, seorang wirausaha keturunan Betawi-Tionghoa, dan Hanna Rahadi, seorang ibu rumah tangga keturunan Sunda-Tionghoa.[2] Dia anak kedua dari tiga anak laki-laki yang dipunyai pasangan Kristen tersebut;[1][3] saudaranya bernama Joris dan Vicky. Setelah masa kecilnya dihabiskan di Jalan Talang, dekat Menteng, Jakarta Pusat, pada tahun 1954 keluarga itu berpindah ke Jalan Pegangsaan (di Menteng).[2]
Saat sekolah di SD GIKI, Chrisye berteman dengan anak-anak keluarga Nasution, yang menjadi tetangganya; dia paling akrab dengan Bamid Gauri, dengan siapa dia sering bermain bulu tangkis dan layang-layang.[4] Pada waktu itu dia juga mulai mendengarkan piringan hitam milik ayahnya; dia bernyanyi mengiringi lagu-lagu Bing Crosby, Frank Sinatra, Nat King Cole, dan Dean Martin.[2][5] Setelah lulus SD, Chrisye menghadiri SMPK III Diponegoro.[4]
Saat Chrisye duduk di bangku SMA PSKD Menteng, Beatlemania tiba di Indonesia. Ini membuat Chrisye lebih tertarik dengan dunia musik.[6] Menganggapi hendak Chrisye untuk bermain musik, ayahnya membeli sebuah gitar; Chrisye memilih gitar bas, sebab dia beranggapan bahwa gitar tersebutlah yang paling mudah dipelajari. Chrisye dan Joris belajar bermain musik dengan mengikuti lagu-lagu di radio dan piringan hitam ayah mereka; akibatnya, mereka tidak dapat membaca nota musik.[7][8] Mereka lama-kelamaan mulai main musik di acara sekolah, dengan Chrisye sebagai vokalisnya.[7] Juga waktu di SMA, Chrisye diam-diam mulai merokok; pada suatu saat, dia ditangkap kepala sekolah dan disuruh merokok delapan batang secara bersamaan di depan siswa-siswi lain, tetapi dia tetap terus merokok sehingga menjadi perokok berat.[7]
Pada tahun 1969 Sabda Nada mengganti nama mereka menjadi Gipsy supaya terdengar lebih macho dan seperti band Barat.[1][8] Jadwal untuk band itu, yang tidak mempunyai manager, sangat padat karena bermain secara teratur di Taman Ismail Marzuki.[1][12] Akibatnya, Chrisye mengundurkan diri dari UKI; pada tahun 1970 dia masuk ke Akademi Pariwisata Trisakti karena mengganggap jadwalnya lebih fleksibel.[12]
Dua tahun kemudian, Chrisye ditawarkan kesempatan untuk main di New York. Biarpun dia senang sekali, Chrisye takut untuk menceritakan hal tersebut kepada ayahnya, yang dia merasa tidak akan menyetujui. Akhirnya dia jatuh sakit selama beberapa bulan, sementara Sabda Nada pergi ke New York.[13] Setelah Chrisye membahas kekhawatirannya dengan ibunya dan Joris, ayahnya pun menyetujui agar dia bisa mengundurkan diri dari kuliah dan pergi ke New York. Setelah kesehatannya sudah membaik, pada tengah tahun 1973 dia pergi bersama Pontjo untuk bertemu dengan Gipsy di Amerika Serikat;[14] pada tahun yang sama dia mengundurkan diri dari Trisakti.[8]
Selama di New York, Gipsy memanggung di Ramayana Restaurant,[1] yang milik perusahaan minyak Pertamina. Band itu, yang ditempatkan di suatu apartmen di Fifth Avenue, berada di New York untuk hampir satu tahun. Mereka menyanyikan lagu-lagu Indonesia serta versi daur ulang dari lagu Procol Harum, King Crimson, Emerson, Lake & Palmer, Genesis dan Blood, Sweat & Tears. Biarpun Chrisye merasa frustrasi karena tidak dapat mengekspresikan diri dengan musik orisinal, dia tetap bekerja.[15]
Setelah kembali ke Indonesia pada akhir tahun 1973, Gauri memperkenalkan Chrisye dengan penulis lagu Guruh Soekarnoputra, anak dari mantan presiden Soekarno. Sementara Nasution bersaudara bekerja sama dengan Guruh untuk menyiapkan proyek mereka, Chrisye mulai menciptakan lagu sendiri; karena menciptakan lagu sendiri dia bisa menyadari bahwa dia kesulitan dengan lirik yang mengandung konsonan keras, dan bisa menghindari bunyi tersebut.[16] Tahun berikutnya dia kembali ke New York dengan band lain, The Pro's. Pada pertengahan tahun 1975, dengan beberapa minggu tersisa di kontrak kerjanya, orang tuanya menelepon Chrisye dari Jakarta dan memberi tahu kalau saudaranya Vicky meninggalkan akibat infeksi lambung. Karena tidak dapat kembali langsung ke Jakarta, pikirannya jadi kacau. Saat kembali ke Indonesia, Chrisye "tak berhenti-henti menangis" dalam pesawat dan menjadi depresi.[17]
Setelah beberapa waktu tidak bermain musik, Chrisye dihubungi oleh Nasution bersaudara dan diundang untuk bergabung dengan Gipsy dan Guruh untuk sebuah proyek baru; Guruh juga menawarkan beberapa lagu untuk Chrisye menjadi vokalis utama, dengan lirik ditulis khususnya untuk dia. Setelah mengatasi rasa depresinya, Chrisye mengikuti latihan di rumah Guruh di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Mereka main sampai larut malam dan mencampurkan rock ala Barat dengan gamelan Bali.[1][18] Perekaman terjadi pada pertengahan tahun 1975, dengan hanya empat lagu terselesaikan dalam beberapa bulan pertama. Pada tahun 1976 album Guruh Gipsy diluncurkan dan diterima baik oleh para kritikus; ada sebanyak 5.000 keping yang diproduksi.[1][19] Berhasilnya Guruh Gipsy meyakinkan Chrisye bahwa dia dapat menjadi penyanyi tunggal.
sumber : wikipedia
Saat sekolah di SD GIKI, Chrisye berteman dengan anak-anak keluarga Nasution, yang menjadi tetangganya; dia paling akrab dengan Bamid Gauri, dengan siapa dia sering bermain bulu tangkis dan layang-layang.[4] Pada waktu itu dia juga mulai mendengarkan piringan hitam milik ayahnya; dia bernyanyi mengiringi lagu-lagu Bing Crosby, Frank Sinatra, Nat King Cole, dan Dean Martin.[2][5] Setelah lulus SD, Chrisye menghadiri SMPK III Diponegoro.[4]
Saat Chrisye duduk di bangku SMA PSKD Menteng, Beatlemania tiba di Indonesia. Ini membuat Chrisye lebih tertarik dengan dunia musik.[6] Menganggapi hendak Chrisye untuk bermain musik, ayahnya membeli sebuah gitar; Chrisye memilih gitar bas, sebab dia beranggapan bahwa gitar tersebutlah yang paling mudah dipelajari. Chrisye dan Joris belajar bermain musik dengan mengikuti lagu-lagu di radio dan piringan hitam ayah mereka; akibatnya, mereka tidak dapat membaca nota musik.[7][8] Mereka lama-kelamaan mulai main musik di acara sekolah, dengan Chrisye sebagai vokalisnya.[7] Juga waktu di SMA, Chrisye diam-diam mulai merokok; pada suatu saat, dia ditangkap kepala sekolah dan disuruh merokok delapan batang secara bersamaan di depan siswa-siswi lain, tetapi dia tetap terus merokok sehingga menjadi perokok berat.[7]
Anggota band dan proyek awal (1968–1977)
Pada pertengahan dasawarsa 1960-an, keluarga Nasution membentuk sebuah band; Chrisye dan Joris menonton mereka main musik oleh Uriah Heep dan Blood, Sweat & Tears.[9] Pada tahun 1968 Chrisye mendaftar di Universitas Kristen Indonesia (UKI) untuk menjadi insinyur seperti yang dihendaki ayahnya. Sekitar tahun 1969, akan tetapi, Gauri mengundangnya untuk menjadi anggota band Nasution, Sabda Nada, untuk menggantikan pemain bas mereka yang sedang sakit, Eddi Odek.[8][10] Karena puas dengan kemampuannya, Nasution bersaudara mnta Chrisye menjadi anggota tetap. Sabda Nada bermain secara teratur di Mini Disko di Jalan Juanda serta untuk pesta ulang tahun dan pernikahan.[10] Ketika Chrisye diberi kesempatan untuk bernyanyi saat mereka menyanyikan lagu versi daur ulang, dia berusaha untuk menggunakan suara yang mirip penyanyi aslinya.[11]Pada tahun 1969 Sabda Nada mengganti nama mereka menjadi Gipsy supaya terdengar lebih macho dan seperti band Barat.[1][8] Jadwal untuk band itu, yang tidak mempunyai manager, sangat padat karena bermain secara teratur di Taman Ismail Marzuki.[1][12] Akibatnya, Chrisye mengundurkan diri dari UKI; pada tahun 1970 dia masuk ke Akademi Pariwisata Trisakti karena mengganggap jadwalnya lebih fleksibel.[12]
Dua tahun kemudian, Chrisye ditawarkan kesempatan untuk main di New York. Biarpun dia senang sekali, Chrisye takut untuk menceritakan hal tersebut kepada ayahnya, yang dia merasa tidak akan menyetujui. Akhirnya dia jatuh sakit selama beberapa bulan, sementara Sabda Nada pergi ke New York.[13] Setelah Chrisye membahas kekhawatirannya dengan ibunya dan Joris, ayahnya pun menyetujui agar dia bisa mengundurkan diri dari kuliah dan pergi ke New York. Setelah kesehatannya sudah membaik, pada tengah tahun 1973 dia pergi bersama Pontjo untuk bertemu dengan Gipsy di Amerika Serikat;[14] pada tahun yang sama dia mengundurkan diri dari Trisakti.[8]
Selama di New York, Gipsy memanggung di Ramayana Restaurant,[1] yang milik perusahaan minyak Pertamina. Band itu, yang ditempatkan di suatu apartmen di Fifth Avenue, berada di New York untuk hampir satu tahun. Mereka menyanyikan lagu-lagu Indonesia serta versi daur ulang dari lagu Procol Harum, King Crimson, Emerson, Lake & Palmer, Genesis dan Blood, Sweat & Tears. Biarpun Chrisye merasa frustrasi karena tidak dapat mengekspresikan diri dengan musik orisinal, dia tetap bekerja.[15]
Setelah kembali ke Indonesia pada akhir tahun 1973, Gauri memperkenalkan Chrisye dengan penulis lagu Guruh Soekarnoputra, anak dari mantan presiden Soekarno. Sementara Nasution bersaudara bekerja sama dengan Guruh untuk menyiapkan proyek mereka, Chrisye mulai menciptakan lagu sendiri; karena menciptakan lagu sendiri dia bisa menyadari bahwa dia kesulitan dengan lirik yang mengandung konsonan keras, dan bisa menghindari bunyi tersebut.[16] Tahun berikutnya dia kembali ke New York dengan band lain, The Pro's. Pada pertengahan tahun 1975, dengan beberapa minggu tersisa di kontrak kerjanya, orang tuanya menelepon Chrisye dari Jakarta dan memberi tahu kalau saudaranya Vicky meninggalkan akibat infeksi lambung. Karena tidak dapat kembali langsung ke Jakarta, pikirannya jadi kacau. Saat kembali ke Indonesia, Chrisye "tak berhenti-henti menangis" dalam pesawat dan menjadi depresi.[17]
Setelah beberapa waktu tidak bermain musik, Chrisye dihubungi oleh Nasution bersaudara dan diundang untuk bergabung dengan Gipsy dan Guruh untuk sebuah proyek baru; Guruh juga menawarkan beberapa lagu untuk Chrisye menjadi vokalis utama, dengan lirik ditulis khususnya untuk dia. Setelah mengatasi rasa depresinya, Chrisye mengikuti latihan di rumah Guruh di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Mereka main sampai larut malam dan mencampurkan rock ala Barat dengan gamelan Bali.[1][18] Perekaman terjadi pada pertengahan tahun 1975, dengan hanya empat lagu terselesaikan dalam beberapa bulan pertama. Pada tahun 1976 album Guruh Gipsy diluncurkan dan diterima baik oleh para kritikus; ada sebanyak 5.000 keping yang diproduksi.[1][19] Berhasilnya Guruh Gipsy meyakinkan Chrisye bahwa dia dapat menjadi penyanyi tunggal.
sumber : wikipedia
0 komentar:
Posting Komentar