Selasa, 10 April 2012

CONTOH LATAR BELAKANG PADA PROPOSAL SKRIPSI

LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dan pokok bagi masing-masing individu. Suatu bangsa akan dipandang sebagai bangsa yang maju apabila mutu pendidikan suatu bangsa telah maju pula. Sesuai dengan perkembangan zaman, banyak ilmu-ilmu pengetahuan yang makin berkembang dengan pesat khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan IPTEK sangat erat hubungannya dengan perkembangan ilmu matematika. Karena besarnya peran matematika, maka matematika memerlukan perhatian dan penanganan yang serius.

Menformulasikan definisi matematika tidaklah semudah yang dibayangkan karena definisi dan tujuan pembelajaran matematika akan selalu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan zaman. De Lange (2005:8) saja, seorang pakar pendidikan matematika dari Freudenthal Institute (FI), suatu lembaga di Universitas Utrecht yang sangat terkenal dengan Realistic Mathematics Education (RME) menyatakan: “‘What is mathematics?’ is not a simple question to answer.” Menurut R. Soedjadi dan Masriyah (1994:288), meskipun terdapat berbagai definisi matematika yang tampak berlainan, tetapi dapat ditarik ciri-ciri yang sama yakni (1) matematika memiliki objek kajian yang abstrak, (2) matematika mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan, (3) matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif, dan (4) matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi.

Karena matematika memiliki objek kajian yang abstrak, maka diperlukan keahlian khusus untuk mengajarkan matematika kepada peserta didik. Tugas sebagai pendidik atau guru pada umumnya bukanlah pekerjaan yang mudah, tapi merupakan pekerjaan profesional. Seperti tertera pada Undang-Undang Guru dan Dosen pada pasal 1 yang berbunyi “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Tugas guru sebagai pendidik yang profesional tidaklah mudah. Guru dituntut untuk dapat mendidik (meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup), mengajar (meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi), melatih (mengembangkan keterampilan siswa), serta mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar siswa.

Kaitannya dengan tugas guru untuk mengadakan evaluasi, guru juga memiliki tanggung jawab melakukan diagnosis dengan cermat terhadap kesulitan dan kebutuhan siswa. Guru tidak hanya dituntut untuk mengetahui mampu atau tidaknya siswa mengerjakan tes, tetapi guru juga dituntut untuk dapat menindaklanjuti kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal. Kesalahan yang dilakukan siswa pada umumnya terletak pada penggunaan rumus, pemahaman dan kemampuan mencerna bahasa matematika, kemampuan mengaplikasikan konsep, dan kesalahan dalam perhitungan. Sehingga untuk membantu siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika perlu adanya identifikasi kesalahan siswa dalam mengerjakan soal.

Kenyataan di lapangan menunjukkan pola pembelajaran matematika yang diterapkan selama ini cenderung berorientasi kepada memberi informasi dan memakai matematika yang siap pakai. Pola pembelajaran tersebut berakibat tidak memberikan makna kepada peserta didik sehingga kemampuan cara berpikir dan penalaran peserta didik rendah. Rendahnya kemampuan tersebut akan mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam mengerjakan soal. Kegagalan tersebut ditunjukkan oleh prestasi peserta didik Indonesia secara umum di kancah internasional. Menurut survey PISA (Programme for International Students Assesment), tahun 2006 peringkat Indonesia untuk matematika turun dari urutan ke-38 dari 40 negara (2003) menjadi urutan ke-52 dari 57 negara, dengan skor rata-rata turun dari 441 menjadi hanya 391, serta menurut data UNESCO, peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara (Zainuri 2007). Salah satu upaya untuk mengatasi kegagalan tersebut adalah dengan melakukan analisis terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal sehingga guru dapat menentukan langkah atau strategi yang tepat dalam pembelajaran matematika.

Salah satu pokok bahasan yang sering dianggap sulit bagi siswa adalah geometri karena membutuhkan pemikiran dan penalaran yang kritis serta memerlukan abstraksi yang logis. Sutrisno (dalam Azia:2006) menuliskan bahwa geometri dianggap penting untuk dipelajari karena di samping geometri menonjol pada struktur yang berpola deduktif, geometri juga menonjol pada teknik-teknik geometris yang efektif dalam membantu penyelesaian masalah dari banyak cabang matematika serta menunjang pembelajaran mata pelajaran lain. Misalnya dengan geometri siswa dapat menghitung luas trapesium, tinggi sebuah gedung, jarak tempuh pesawat dari kota A ke kota B dan lain-lain. Menurut Van Hiele (Suherman, 2003:52) tiga unsur utama dalam pembelajaran geometri yaitu waktu, materi pengajaran dan metode pengajaran yang diterapkan, jika ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa kepada tingkatan berpikir yang lebih tinggi. Salah satu pokok bahasan dalam geometri adalah materi pokok segitiga. Secara spesifik, peneliti memilih materi pokok segitiga untuk menganalisis kesalahan siswa dalam menyelesaiakan soal-soal pada tes tingkat perkembangan berpikir secara geometri karena masih rendahnya hasil belajar siswa pada materi pokok ini.

Mengingat pentingnya geometri khususnya segitiga, maka diperlukan suatu pendekatan agar materi dapat terserap oleh siswa. Hal itu dapat diapresiasikan dengan pendekatan langkah-langkah Polya. Langkah-langkah pemecahan masalah yang ditemukan oleh George Polya ini adalah metode esensial untuk menyeleksi informasi yang relevan. Informasi tersebut berupa data dan permasalahan yang akan dicari penyelesaiannya. Penyelesaian permasalahan ini belum dianggap sebagai hasil final sebelum diperiksa kembali kesesuaiannya terhadap informasi yang disediakan. Adapun langkah-langkah tersebut adalah memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana dan memeriksa kembali.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal dapat dijadikan salah satu alternatif yang cukup bermanfaat untuk memperbaiki pembelajaran matematika, sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 MAGELANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA DENGAN PANDUAN KRITERIA POLYA.

Next Prev home

1 komentar:

  1. Thankfulness to my father who informed me on the topic of this weblog,
    this webpage is in fact amazing.
    Feel free to visit my web site : Geoffrey de Sibert Belize

    BalasHapus

tutorial blogpengobatan tradisional